Tak ada sore yang kekal hari ini, besok, hingga seterusnya

Christyaputri
2 min readJan 13, 2023

--

Kuta, Juli 2022

Jingga pekat merambat merasuk mengisi langit siang yang biasa-biasa saja dengan beringas — sore sudah datang. Aku menyambut entrance-nya yang sombong dengan berbaring di atas pasir pantai sembari menahan tangis yang hampir meledak di pangkal tenggorokan. Sore adalah tentang segala yang sebentar. Sore adalah pertemuan dan perpisahan dalam satu waktu. Tabir antara sore dan malam begitu tipis, itulah mengapa sore berlangsung hanya sebentar. Sore datang, sore pergi.

Dalam pertunjukannya yang singkat, hal-hal intens terjadi antar manusia: romantisme, puisi, dan chemistry yang palsu. Cinta meletup-letup bak air mendidih. Yang tidak masuk akal dipaksa masuk akal. Tapi tak ada sore yang kekal hari ini, besok, hingga seterusnya. Dalam satu kedipan mata, matahari sudah membenamkan wajahnya ke dalam laut. Orang-orang menghabiskan malam dengan sakit hati dan menangis dan merindu sebab tak bisa mengabadikan sore dalam genggaman.

Namun saat tangisanku pecah bersamaan dengan ombak pada suatu sore yang hampir habis, tabir yang baik menipiskan dirinya yang sudah tipis hingga mempertemukan aku dan engkau dalam ingatan masing-masing. Aku berlari menuju engkau, engkau berlari menujuku. Kita berhenti pada satu titik saat warna jingga tak lagi kelihatan pada refleksi air. Tak satupun kata mengalir ke udara. Kita hanya melayangkan pandang dan menemukan sore pada bola mata satu sama lain.

Demikianlah sore berganti malam meninggalkan kita berdua di bawah bulan sabit untuk selamanya menikmati sore yang abadi, sambil sesekali mempersoalkan sore-sore yang lalu yang tak kita lewati bersama.

Dengan ini, kita resmi memulai.

--

--